Hajar Aswad: Batu dari Surga di Ka’bah
Tahukah kamu, di sudut Ka’bah terdapat sebuah batu hitam yang menjadi perhatian utama bagi jamaah haji dan umrah? Batu tersebut dikenal dengan nama Hajar Aswad. Bagi umat Islam, batu Hajar Aswad bukan sekedar batu biasa, melainkan memiliki makna spiritual yang mendalam serta menjadi bagian penting dari ibadah Tawaf di Tanah Suci.
Hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi menyatakan bahwa Hajar Aswad adalah batu dari batu-batuan surga. Batu Hajar Aswad berawal dari sejak pembangunan Ka’bah oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Batu Hajar Aswad dibawa oleh Malaikat Jibril dari surga lalu diberikan kepada Nabi Ibrahim yang sedang menjalankan pembangunan Ka'bah atas perintah Allah.
Batu Hajar Aswad terdiri dari delapan pecahan kecil yang kemudian disatukan dengan bingkai perak agar tetap kokoh di tempatnya. Bingkai perak yang melingkarinya hingga kini menjadi ciri khas yang mudah dikenali oleh para jamaah. Batu tersebut ditempatkan di sudut Ka’bah sebagai tanda dimulainya tawaf, sekaligus simbol persaksian antara Allah dengan hamba-Nya. Bagi jamaah haji dan umrah, titik ini menjadi awal dan akhir tawaf. Artinya, setiap memulai putaran tawaf, jamaah menghadap Hajar Aswad, lalu berjalan mengelilingi Ka’bah tujuh kali, dan kembali menyudahi tawaf di titik yang sama.
Warna Hajar Aswad yang Berubah
Awalnya, batu Hajar Aswad memiliki warna lebih putih dari susu, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits. Namun, seiring berjalannya waktu, warnanya berubah menjadi hitam. Perubahan warna ini bukanlah tanpa makna. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa batu tersebut menghitam karena dosa-dosa manusia yang menyentuhnya. (HR. Tirmidzi no. 8770).
Hal ini mengajarkan bahwa manusia merupakan makhluk yang penuh dosa, namun Allah senantiasa memberikan kesempatan untuk bertaubat. Batu Hajar Aswad menjadi simbol bahwa setiap langkah mendekat kepada Allah adalah langkah menuju penyucian diri.
Sunnah Rasulullah ﷺ terhadap Hajar Aswad
Rasulullah ﷺ pernah mencium Hajar Aswad ketika melaksanakan ibadah Tawaf. Beliau mencontohkan kepada umat Islam bahwa mencium batu ini merupakan bagian dari sunnah. Namun, bila tidak memungkinkan karena kerumunan yang padat, maka cukup dilakukan istilam (mengusap atau menunjuk dengan tangan) sambil mengucapkan “Bismillahi Allahu Akbar.”
Bagi jamaah yang berkesempatan untuk menunaikan ibadah Haji ataupun Umrah dengan menyentuh, mencium atau bahkan hanya sekedar melambaikan tangan ke arah Hajar Aswad merupakan momen yang istimewa. Tidak semua orang diberi kesempatan mendekatinya, apalagi dalam keramaian jutaan jamaah.
Maka, momen itu sebaiknya dijadikan sebagai pengingat bahwa hidup di dunia hanyalah sementara. Semua amal perbuatan kita akan kembali diperhitungkan oleh Allah. Dan setiap langkah tawaf, yang dimulai dari Hajar Aswad, adalah simbol perjalanan hidup menuju pertemuan dengan-Nya.
Bagi kamu yang merindukan momen suci di hadapan Hajar Aswad, Muslimtravel.id siap mendampingi perjalanan ibadahmu dengan program Umrah Maulid 02 September 2025. Jadikan kesempatan ini sebagai momen istimewa untuk lebih dekat dengan Allah, menapak tilas jejak Rasulullah ﷺ, dan meraih pengalaman spiritual yang tak terlupakan.